Hal ini terjadi karena adanya sejarah politik
pemerintah Belanda sewaktu menjajah Indonesia yang meletakkan orang Tionghoa
lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan orang Indonesia; adanya perbedaan
ciri-ciri badaniah; in-group feeling yang sangat kuat pada golongan Tionghoa
sehingga mereka lebih kuat mempertahankan identitas sosial dan kebudayaannya
yang eksklusif; dan dominasi ekonomi.
Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang
terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut:
1. Terisolasinya
kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan
minoritas) Contoh adalah orang-orang Indian di Amerika Serikat yang diharuskan
bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu (disebut reservation).
Mereka serlah-olah disimpan dalam sebuah kotak tertutup, sehingga hampir tak mungkin
ada hubungan bebas yang intensif dengan orang-orang kulit putih. Sebaliknya
orang kulit putihpun kurang mengetahui tentang seluk-beluk masyarakat Indian
sehingga antara kedua belah pihak timbul prasangka-prasangka. Prasangka
merupakan faktor penghalang berlangsungnya asimilasi.
2. Kurangnya pengetahuan
mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu sering kali
menimbulkan faktor ketiga.
3. Perasaan takut
terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. Contoh proses asimilasi
antara suku-suku bangsa di Indonesia yang masih lamban lantaran sikap toleransi
dan simpati belum berkembang dengan semestinya. Pengetahuan tentang suku-suku
bangsa lain hanya terbatas pada unsur-unsur lahiriah belaka seperti tari-tarian
dan pakaian daerah, alat musik, jenis upacara-upacara, dan sebagainya.
Pengetahuan mengenai unsur-unsur kebudayaan lainnya seperti lembaga-lembaga
kemasyarakatan, pola-pola perilaku, sistem kekeluargaan dan sebagainya, belum
mendalam sehingga sering menimbulkan prasangka. Prasangka tersebut tidak jarang
menyebabkan timbulnya rasa takut terhadap kekuatan sesuatu kebudayaan tertentu.
4. Perasaan bahwa suatu
kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
golongan atau kelompok lainnya. Di Indonesia, umpamanya, perasaan superior
masih ada terutama terhadap beberapa suku bangsa tertentu yang taraf
kebudayaannya secara relatif masih rendah, seperti misalnya terhadap suku-suku
bangsa dari daerah Papua yang sebagian besar masih hidup di alam bebas.
5. Dalam batas-batas
tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula
menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi.
6. In-group feeling yang kuat dapat pula
menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In-group feeling berarti
adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan
kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Sikap seperti ini tampak sangat kuat
pada beberapa golongan minoritas di Indonesia, misalnya Arab, Tionghoa, India,
yang mempertajam perbedaan-perbedaan antara mereka dengan orang-orang Indonesia
(asli).
7. Gangguan dari
golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas lain yang dapat mengganggu
kelancaran proses asimilasi adalah apabila golongan minoritas mengalami
gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
8. Kadangkala faktor
perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan
pribadi juga dapat menyebabkan terhalangnya proses asimilasi.
Kepentingan-kepentingan yang berbeda terutama yang
bersifat primer dapat menyebabkan dipertajamnya perbedaan-perbedaan antara
lembaga-lembaga kemasyarakatan pada golongan-golongan tersebut. Asimilasi
menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat
istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan
akulturasi.