Bahan pangan adalah
hasil pertanian yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yaitu kelompok bahan nabati dan hewani.
Bahan nabati adalah
bahan yang diperoleh dan berasal dari tumbuhan, seperti sayuran, buah-buahan,
rempah-rempah, umbi-umbian, rumput laut dan seralia seperti padi, jagung dan
kacang-kacangan. Bahan hewani dihasilkan oleh hewan, seperti daging, ikan, susu
dan telur.
1. Bahan
Nabati
Bahan pangan nabati
adalah bahan pangan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Indonesia merupakan
negara tropis yang dianugerahi bermacam-macam jenis bahan nabati, baik itu
buah-buahan maupun sayuran. Buah-buahan dan sayuran sangat penting sebagai
sumber serat, air, vitamin dan mineral. Sayuran dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu berdasarkan bagian dari tanaman dan berdasarkan iklim tempat tumbuh.
Berdasar bagian
dari tanaman misalnya akar, umbi, batang, daun, buah, bunga, biji dan
sebagainya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran untuk dikonsumsi. Pengelompokan
berdasarkan iklim, yaitu sayuran yang tumbuh di daerah iklim panas atau tropis,
contohnya: daun dan bunga pepaya, petai, jengkol, cabai, terong, kangkung,
buncis, daun salam, sereh, ubi jalar, kunyit, jahe, daun singkong.
Sayuran yang tumbuh
di daerah iklim sedang dan sub-tropis contohnya: wortel, kol, brokoli, kentang,
seledri, jamur, dan selada. Seperti halnya sayuran, buah-buahan juga dapat
digolongkan dalam dua golongan berdasarkan iklim, yaitu buah-buahan iklim panas
atau tropis dan buah-buahan iklim sedang atau sub-tropis. Buah-buahan yang tumbuh
di daerah tropis contohnya nanas, pisang, pepaya, alpukat, mangga, rambutan,
duren dan sebagainya.
Buah-buahan yang
tumbuh di daerah iklim sedang dan sub-tropis contohnya: anggur, apel, jeruk,
berbagai jenis berry, dan sebagainya. Buah dan sayuran mengandung beberapa
jenis senyawa fenolik yang akan menghasilkan reaksi pencokelatan yang dikatalis
oleh enzim.
2. Bahan
Hewani
Bahan pangan
hewani, yaitu bahan pangan yang berasal dari hewan. Beberapa jenis bahan pangan
yang masuk dalam kategori hewani, diantaranya adalah daging, ikan, telur, dan
lainnya.
a. Daging
Beberapa jenis
hewan yang dikenal sebagai penghasil daging konsumsi meliputi: sapi, kerbau,
kambing, domba, babi, kelinci, rusa, ayam, kalkun, bebek, dan beberapa jenis
unggas lainnya. Daging secara umum sangat baik sebagai sumber protein (asam
amino esensial), lemak, mineral dan vitamin. Namun, kandungan gizi
masing-masing berbeda yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti bagian
daging (paha, dada dll.), umur daging dari hewan pada saat disembelih,
lingkungan tempat hewan diternak, rekayasa, spesies, pakan, dan tingkat stres
hewan tersebut.
Faktor utama
kerusakkan pada daging disebabkan oleh mikroorganisme. Daging segar yang rusak
akan mengeluarkan bau busuk, terjadi perubahan warna dan berlendir. Faktor
tersebut didukung oleh sanitasi lokasi penyembelihan, kondisi penyimpanan dan
distribusi. Lokasi penyembelihan harus selalu terjaga kebersihannya untuk
mengurangi kontaminasi mikroba. Darah dari rangkaian proses penyembelihan harus
semaksimal mungkin dikeluarkan dari daging karena darah dapat memicu timbulnya
kontaminasi mikroba.
Sifat siologis
daging pasca-penyembelihan terjadi dalam tiga tahapan proses, yaitu proses awal
dikenal dengan istilah pre rigor, kemudian diikuti rigor mortis, kemudian
diakhiri dengan post rigor atau pasca rigor. Setelah disembelih, proses awal
yang terjadi pada daging adalah pre rigor, yaitu metabolisme yang terjadi tidak
lagi sabagai metabolisme aerobik tetapi menjadi metabolisme anaerobik karena
tidak ada sirkulasi darah ke jaringan otot. Kondisi ini menyebabkan
terbentuknya asam laktat yang semakin lama semakin menumpuk sehingga pada tahap
ini tekstur daging lentur dan lunak.
Daging pre rigor
memiliki kapasitas menahan air yang tinggi dan memiliki sifat mengemulsi lemak
lebih baik, yang membuatnya lebih cocok untuk produk daging olahan seperti
sosis. Tahap selanjutnya yang dikenal sebagai tahap rigor mortis. Pada tahap
ini, terjadi perubahan tekstur pada daging. Jaringan otot menjadi keras dan
kaku. Kondisi daging pada fase ini perlu diketahui kaitannya dengan proses
pengolahan karena daging pada fase ini jika diolah akan menghasilkan daging
olahan yang keras dan alot, baik digunakan untuk produk dendeng.
Kekerasan daging
selama rigor mortis disebabkan terjadinya perubahan struktur serat-serat
protein. Kekakuan yang terjadi juga dipicu terhentinya respirasi. Melunaknya
kembali tekstur daging menandakan dimulainya fase post rigor atau pascarigor.
Melunaknya kembali tekstur daging disebabkan terjadinya penurunan pH.
b. Ikan
Ikan dapat
dikelompokkan berdasarkan tempat hidup atau habitatnya yaitu: Ikan laut, Ikan
darat dan Ikan migrasi. Contoh ikan laut adalah ikan hiu, sarden, tuna dan kod.
Ikan darat contohnya adalah ikan gurame, mujair, mas, lele, dan nila. Ikan
migrasi adalah golongan ikan yang hidup di laut, tetapi bertelur di
sungai-sungai, contoh ikan salmon dan salem.
Beberapa jenis ikan
mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein dan lemak esensial,
vitamin, karbohidrat dan mineral. Ikan yang secara alami mengandung komponen
gizi tinggi sangat disukai oleh mikroba pembusuk sehingga ikan sangat mudah
mengalami kerusakan (perisable) bila disimpan pada suhu kamar.
Kerusakan pada ikan
setelah ikan mati disebabkan adanya aktivitas enzim, kimiawi, dan
mikrobiologis. Enzim yang terkandung dalam tubuh ikan akan merombak tubuh ikan
dan mengakibatkan perubahan rasa, bau, warna dan tekstur. Aktivitas kimiawi
adalah terjadinya oksidasi lemak daging ikan oleh oksigen dan menimbulkan bau
tengik.
Kerusakan ikan juga
dapat terjadi secara sik, misalkan oleh alat tangkap sewaktu ikan ditangkap
atau selama distribusi dan penyimpanan karena penanganan yang kurang baik
sehingga menyebabkan luka-luka pada ikan dan memudahkan bakteri untuk masuk
kedalam jaringan dan berkembang biak. Faktor-faktor lain yang memengaruhi mutu
ikan adalah cara penangkapan, jenis keadaan sik dan ukuran ikan, cuaca dan
reaksi ikan saat menjelang kematian.
c. Telur
Telur adalah
makanan yang sangat populer karena bergizi tinggi dan dapat diolah menjadi
berbagai masakan. Putih telur mengandung air, protein, karbohidrat dan mineral,
sedangkan kuning telur mengandung komposisi bahan lebih lengkap, yaitu air,
protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.
Bahaya yang paling
umum ditemukan pada telur adalah bakteri Salmonella, yang merupakan bakteri
patogen penyebab penyakit dan berasal dari kotoran ayam. Selama telur dalam
kondisi utuh, bakteri ini tidak dapat berkembang karena terlindungi oleh
cangkang telur. Akan tetapi, jika terjadi kerusakan sik, yaitu rusak atau
terpecahnya cangkang telur, maka salmonella akan mudah masuk ke dalam putih
telur, tetapi nutrisi pada putih telur tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan
perkembangan bakteri.
Akan tetapi, ketika
membran dari putih telur mulai melemah, bakteri Salmonella dapat menembus
membran kuning telur dan berkembangbiak. Suhu penyimpanan telur yang relatif
hangat akan mempercapat perkembangan Salmonella. Namun, proses pemasakan yang
tepat dapat membunuh Salmonella dan penerapan penanganan dan sistem tranportasi
telur yang baik dan benar dapat mengurangi risiko pencemaran Salmonella.
d. Susu
Susu merupakan
pangan yang memiliki nilai gizi tinggi, yaitu air, lemak, protein, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Dalam pola menu makan empat sehat lima sempurna, susu
adalah faktor kelima sebagai penyempurna. Susu mengandung vitamin A, D, E, K,
C, riboavin (B2), tiamin (B1), niasin, asam pantotenat, piridoksin (B6),
biotin, inositol, cholin dan asam folat.
Komponen utama susu
terdiri atas dua lapisan yang dapat dipisahkan berdasar berat jenisnya.
Komponen tersebut adalah krim dan skim. Krim adalah bagian atas susu. Sebagian
besar bahan yang terdapat di dalam krim adalah lemak. Skim adalah bagian yang
terdapat di bagian bawah krim. Komponen utama skim terdiri atas air dan
protein. Krim dapat diolah menjadi mentega, sedangkan skim digunakan untuk
olahan susu lainnya.
Susu adalah bahan
yang mudah sekali rusak, terutama karena adanya enzim yang secara normal
terdapat dalam susu dan juga karena mikroba yang terdapat di dalamnya. Kedua
jenis bahan pangan ini, nabati dan hewani, sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia, dalam jumlah yang seimbang. Makin beragam jenis makanan yang kita
konsumsi, akan makin baik.